Wednesday 13 April 2016

Sang Pemenang


Duk..Duk.. jlebs....

"Horeeeee,.."
"Yee..yee..kak Faris..I love you.."
"Faris..ayo trus berjuang!."
"Faris.. Aku mahhhh, padamu.."


Gemuruh sorak sorai suara para alay, menyemangati Tim kesayangan mereka.
Begitulah kenyataannya, mereka seperti tak punya Tuhan saja. Mengidolakan hamba-Nya terlalu berlebihan. Apalagi cuma sekedar pemain basket antar SMA.


Bola yang mencium jaring ring lawan tim Faris tadi, adalah pertanda. Bahwa, Faris baru serius bermain basket.

Bagi Ace kelas 3 yang digelari Tangan Sedekah. Karena melempar bola ke ring lawan sama saja bila kita ingin sedekah, walaupun lubangnya kecil, pasti yang receh yang kau pilih paling tidak berharga itu masuk ke kotak amal.

Yah, sudah tidak perlu ditanya, bagaimana akhir permainan ini. Saat Faris mulai serius. Game Final sudah bisa kita raba. Karena Sang Tangan Sedekah tak pernah meleset 1 kalipun.

Teeeeeeeeeet.....
Pruittttttttt....

Waktu habis, kemenangan mutlak ditangan Sang Tangan Sedekah

***
15 tahun kemudian....
Jakarta 2036.

Namanya Kasyafan. Seseorang yang tak lagi muda. Tubuhnya tinggi namun tidak terlihat tinggi karena casing tubuhnya, klo tidak salah panggilannya lemak. 😏

Lelaki cukup umur ini, masih sering menonton basket, melihat, mempelajari, dan dia selalu berapi-api ketika permainan hampir usai.

Dia mempunyai anak lelaki, sekitar umur 12 tahun, yang juga ia didik untuk menjadi pebasket handal. Yaps benar, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.

***
London 2036.

Aku malas sekali hari ini, awal musim dingin kali ini sangat berbeda, bukan karena dinginnya salju tapi membayangkan perjalanan nanti. setelah menunaikan kewajibanku sebagai ummat muslim, dan berbicara dengan-Nya lewat lantunan doa-doa. Aku harus berkemas.

Istriku, sejak subuh tadi sudah sibuk menyiapkan keperluan bayi kedua kami Salsabila. Sedangkan Al- Faruq sudah siap karena dia harus ikut bersamaku ke masjid setiap subuhnya.

Iya, hari ini kami akan kembali ke tanah air, karena kebetulan sahabat terbaikku baru melahirkan bayi pertamanya. Ia pria paling playboy itu menikah terakhir. Saat yang lainnya menikah cepat, ia hanya menikmati masa muda versinya, tentu saja bukan versiku. Namanya Said

Aku semenjak kenal dengan Az-zahra, kuberanikan melamar dan kami tidak lama menikah. Dan hasilnya sudah tidak perlu dijelaskan.

***
Jakarta 2036.

Alhamdulillah, akhirnya pesawat kami menyentuh bumi pertiwi, goyangan khas pilot Indonesia saat landing memang kadang kurindukan. 😋

Setibanya di Jakarta, kami langsung ketempat Said untuk mengucapkan selamat dan menengok pahlawan kecil kami. Kami berpesta ditaman, ditengahnya banyak orang yang juga berpesta dengan urusannya masing-masing.

Aku hanya menikmati bubur ayam kesukaanku, meski para sahabat lainnya aneh denganku, karena lebih memilih membeli bubur ayam daripada barbaque yang mereka sediakan. Bagiku bubur ayam itu setia.

Karena saat sehat dan sakit aku masih tetap bisa menyantabnya. 😭 coba yang lain tidak, maunya pas sehat aja. Huh, dasar makanan tidak tahu diri?
Ehh, maaf jadi keluar aslinya.

Saat aku sedang menikmati buburku, datang 1 pria besar, besar dalam artian tingginya dan beratnya. Berteriak keras dihadapanku. "Hey, Faris Sang Tangan Sedekah! Aku ingin tanding ulang basket kita, seharusnya aku yang menang 15 tahun yang lalu."

Dengan santai, sambil menikmati suapan bubur " kamu siapa ya?"

"Aku Kasyafan, lawan basketmu 15 tahun yang lalu."

"Ohh, trus..."

"Kita tanding ulang, kita buktikan kepada mereka siapa yang lebih baik"

"Sudahlah, itu sudah lama sekali. Tapi maaf Sang Tangan Sedekah tidak pernah meleset." Dengan gaya khasnya memasukan suapan terakhir bubur ke dalam mulutnya.

"Tidak, aku tetap ingin tanding"

Kulihat matanya dengan seksama, pria ini serius pikirku. Gimana menurut lu Said? Huda? Satria?

"Main aja, lagian ada lapangan basket tu ditengah." Timpal Huda.

"Iya, gw juga udah lama gak liat Sang Tangan Sedekah main." senyum menyebalkan itu keluar juga.

"Kalo kalian deal, aku oke.. Faruq kamu pemanasan dulu sana."

"Baik Abi. Aku ke Ummi dulu mau ganti baju ya bi, pake celana basket aja."

***
Lapangan Basket ditaman Jakarta 2036.

2 on 2

Ini jenis permainan basket yang tidak sesuai dengan basket umum 5 on 5. Tapi dalam pebasket adalah istilah main 1 ring. Jadi pola permainan lebih disederhanakan. 1 ring ada penyerang ( offense) dan ada deffense ( penjaga), giliran itu bisa ditentukan lewat mencuri bola. Dengan 3 kali free throw masing-masing tim, nilai terbaik akan offense terlebih dahulu. Selebihnya sama dengan basket pada umumnya.

Game start..

Duk.. Duk.. Duk.. Bola mondar mandir lewat depan belakang ektremitas bawahku, ayun kiri, ayun kanan. Drible berfungsi bukan hanya untuk bergaya, namun untuk mengecoh lawan. Bukan kaki yang kulihat, melainkan mata lawan tepat dengan seksama.

Timing pas dan Aku langsung pivot ( gerakan memutar khas basket), lawan tertipu, melangkah sedikit, ambil posisi, dan rasakan cantiknya shooting Sang Tangan Sedekah.

Bola melambung tinggi, dengan derajat yang tidak bisa dihitung secara live bola itu jatuh indah dan jlebs....
Jaring bergoyang tanpa menyentuh ring sedikit pun. Itulah sadisnya Sang Tangan Sedekah. Membobol ring lawan terlalu indah. Nyesek dihati lawan itu tak bisa dipungkiri. (This is my moment)

Kasyafan kecewa, ternyata sang Tangan Sedekah tak berubah sedikitpun. Keindahan, keakuratan, posisi shooting, keyakinan masuk ring. Masih sama seperti 15 tahun yang lalu.

Namun, tekad Kasyafan sekuat baja, kecintaannya terhadap basket tidak bisa ia pungkiri, ia ingin menang setidaknya sekali, karena untuk jadi contoh anaknya. Itu saja.

Aku, tak akan pernah kalah dalam basket. Karena bila kalian kecil main boneka atau robot, aku mainnya bola basket, agak besar sedikit main sepeda, aku mainnya basket, basket adalah bagian dari hidupku, sudah jutaan kali tanganku membobol ring tanpa menyentuh ringnya. Jutaan kali drible bola dengan segala triknya. Sampai tanganku pun lengket dengan bola itu, seperti berjodoh.

Ini bukan sekedar olahraga fisik, tapi juga ketajaman fokus mata. Yah, bila matamu lebih fokus pada penonton cantik diluar lapangan, semua sia-sia.

Aku, selalu fokus melihat mata lawan, karena saat kita kunci matanya, otomatis kita tahu kira-kita trik apa yang akan digunakan, kekiri atau kekanan, atau malah tiba-tiba shooting. Tipuan, keraguan, keberanian, bisa kita nilai awal dari matanya.

Setelah hampir 15 menit main, kami sudah sama-sama lelah. Faktor usia 😅

Berkat tekadnya, Kasyafan bisa mengejar angka ketertinggalan. Iya, kami sama-sama membalas dengan score, saat kutatap lagi, kuperhatikan matanya, disitu ada harapan dan putus asa.

Sesekali, Kasyafan melirik anak dan seorang wanita yang menyorakinya, kurasa mungkin itu istrinya. Atau bisa disebut ibu dari anaknya. 😁

Dalam detik-detik terakhir ini, saat lemparan terakhirku akan menjadi penentu menang atau kalah dalam permainan, karena keterbatas nafas kami berdua. Dan tentunya waktu.

Kutatap Kasyafan untuk terakhir kali, lalu kulirik istrinya pun terlihat tatapan penuh harapan dan putus asa, aku memejamkan mata, sejenak.

Kutatap anakku, dan istriku. Setelah melakukan drible mautku yang tak ada siapapun mencegahnya, kakiku mengambil posisi, kutatap ring dan shoot.......


Bola jatuh, berdentum keras terkena ring.

Wuooooooooooooooo....😱😱

Teriakan masa yang kecewa, dalam sejarah, ini pertama kali sang Tangan Sedekah Meleset, kalo ada wartawan harusnya memasukannya ke koran, atau bisa di daftarkan di Muri, bola sial Sang Tangan Sedekah. Bisa dihargai 1 milyar. 😒 ~hanya orang bodoh membeli kesialan 1 milyar~

Al-Faruq memelukku, sambil menangis, "Abi kita kalah, aku janji nanti saat SMA
Aku gak akan pernah kalah lagi kaya Abi SMA dulu. A..ku mau menjaga integritas tangan sedekah."

"Sayang, sini kupeluk" istriku menyambut kami yang masih bermandikan keringat.

"eh Abinya Faruq kamu tadi sengaja kan" bisiknya ditelingaku.

"Biar anak kita tahu rasa kekalahan itu gimana, umminya salsa. Dan agar Kasyafan tahu rasanya kemenangan. Anaknya pasti akan bangga terhadapnya." Dengan gayanya yang memanja.

Karena pemenang, tidak harus yang menang dipertandingan.

Demi rinduku pada utusan terbaik-Nya
Demi Surga predikat terbaik dimata-Nya

Salam,

-Dehuji

#belajarfiksi
#MalamNarasiOwop
demibaktikupadakeduaorangtuaku
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...