Astaghfirullah spontan kata – kata itu keluar dari lisanku, sambil berusaha mengatur
laju napasku yang tidak beraturan, menyeka pelipis yang penuh dengan
keringat, lalu berusaha membuka mataku perlahan untuk melihat jam
dinding tepat diatas meja belajarku.
Jam dinding masih
menunjukan pada angka 2, dini hari. Kuturunkan selimut perlahan dan
menurunkan kaki ke lantai. Berjalan keluar dari kamarku menuju dapur. Kuraih salah satu
tumbler1 favoritku dan mulai mengisinya dengan air hangat, kuteguk perlahan sambil mengucap
Alhamdulillah.